Untuk menghindari masalah kekurangan tenaga kerja yang akan segera melanda Indonesia, industri minyak sawit perlu menemukan cara baru dan lebih baik untuk menarik tenaga kerja perkebunan demi menjaga kelangsungan industri unggulan Indonesia.
Menghapus Stigma Buruk
Isu utama yang dihadapi perkebunan sawit saat ini adalah stigma buruk dari kelapa sawit sendiri dan preferensi dari para pencari kerja dimana banyak yang lebih tertarik bekerja di kota ketimbang di pelosok daerah tempat.
Stigma negatif tersebut dibawa masuk ke Indonesia melalui kampanye hitam yang digaungkan pihak luar untuk kepentingan ekonomi negaranya, padahal kelapa sawit adalah komoditas unggulan yang menyumbang banyak sekali keuntungan bukan hanya bagi devisa negara tetapi juga keuntungan yang dapat dinikmati oleh warga Indonesia.
Selain itu, ada juga citra pekerjaan disektor perkebunan yang kerap dicap sebagai pekerjaan di daerah pelosok yang minim fasilitas dan hiburan. Ini harus menjadi sesuatu yang selalu menjadi pertimbangan pemerintah dan badan usaha sawit untuk menarik tenaga kerja pada sektor perkebunan khususnya sawit.

Menyoroti Keuntungan Bekerja di Kebun Sawit
Secara ekonomi, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah membawa petani ke dalam masyarakat ekonomi kelas menengah.
Pada tahun 2019 saja, diestimasikan sebanyak 2,6 juta masyarakat di wilayah rural keluar dari garis kemiskinan berkat pengembangan komoditas kelapa sawit. Tidak hanya melalui penyerapan tenaga kerja secara langsung, namun juga melalui pembangunan infrastruktur di wilayah rural yang membuka pintu kesempatan untuk pengembangan aktivitas ekonomi lain.

Untuk lebih menyoroti peran sawit dalam kesejahteraan pekerjanya dan juga pada masyarakat, kita dapat melihat contoh dari Kabupaten Dharmasraya yang merupakan daerah ex-transmigrasi tahun 1977. Karena minimnya sarana dan prasarana pada daerah tersebut, warga pun kesulitan mendapatkan penghasilan dan berakibat pada naiknya tingkat kemiskinan.
Namun setelah terbentuknya industri perkebunan sawit di Kab Dharmasraya, bukan hanya pekerja yang dapat menikmati dengan gaji yang diatas rata-rata, namun perkembangan infrastruktur dan taraf hidup warga sekitar juga terdampak, terbukti dari sedikitnya tingkat pengangguran Dharmasraya dibandingkan dengan Padang.
Sebelum Masuknya Kelapa Sawit


Tingkat Pengangguran 2020 (TPT/UR)

Setelah Masuknya Kelapa Sawit

