Dampak Replanting terhadap Produktivitas dan Harga CPO

Replanting ditujukan untuk menstabilkan pasokan dan meningkatkan produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Kegiatan replanting di Malaysia menunjukkan peningkatan pada periode 2011-2020 sebesar 3,3% atau 0,6 lebih tinggi dibandingkan pada periode 2000-2010.

  • Produktivitas kelapa sawit di Malaysia relatif stabil dengan rata-rata 18,01 ton/ha/tahun dalam dua dekade terakhir. Penundaan replanting untuk tanaman tua (>25 tahun) pada 1 dekade lalu menyebabkan produktivitas stagnan di angka tersebut.
  • Dibandingkan dengan Indonesia, produktivitas TBS Malaysia tidak jauh berbeda. Malaysia memiliki produktivitas lebih tinggi 0,2-1,8 ton/ha dibandingkan Indonesia.
  • Artinya ada peluang Indonesia untuk dapat lebih unggul dalam 1 dekade ke depan dengan mengakselerasi replanting saat ini.

Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Malaysia
Periode 2000 – 2021

Sumber : FAOSTAT (2020)

  • Tingkat realisasi replanting sangat berkaitan dengan harga CPO. Ketika CPO pada posisi tinggi terjadi kecenderungan sebagian besar petani menunda keputusan untuk melakukan replanting. Dari segi ekonomi, keputusan replanting di saat harga CPO tinggi justru tidak memberikan profit menguntungkan bagi petani.
  • Tahun 2001 terjadi penurunan harga CPO menjadi 894,5 RM/ton yang mendorong replanting seluas 59ribu ha/tahun. MPOB juga memberikan insentif sebesar RM 1000/ha selama periode tersebut. Harga CPO meningkat tajam pada periode 2002 s/d 2008 yang dipicu peningkatan input pupuk. Selama 7 tahun tersebut realisasi replanting turun menjadi 55ribu ha/tahun.
  • Pemerintah memberikan stimulus berupa insenti fiskal sebesar RM 6.000/ha untuk replanting pada 2009 s/d 2010 sehingga tercapai realisasi sebesar 92ribu ha hingga 2010. Kondisi harga CPO yang membaik dibandingkan tahun 2008 mempengaruhi keputusan dalam replanting saat itu.

Area Replanting vs Harga CPO di Malaysia
Periode 2000 – 2010

Sumber: MPOB (2010)