Dr. Tony Liwang

Dr. Tony Liwang
Anggota Komite Penelitian dan Pengembangan
BPDPKS.

Walaupun latar belakang belakang pendidikannya berasal dibidang pertanian dari salah satu Universitas di Belanda, beliau lebih fokus pada tanaman semusim waktu itu. Memulai karir yaitu bergabung dengan salah satu perusahaan agribisnis di bidang perkelapasawitan untuk memimpin divisi R&D. Sebagai ilmuwan, bersama dengan tim peneliti lainnya Tony berhasil melepas 8 varietas sawit selama kurang lebih 20 tahun bekerja. Untuk meningkatkan performa bahan tanaman sawit tersebut, Beliau juga melakukan penelitian di bidang genomik, yaitu bioteknologi. Mari simak wawancara perjalanan Tony dalam pengalaman penelitiannya dibidang sawit.

Sejak kapan meneliti sawit dan apa yang melatarbelakangi Bapak dalam meneliti sawit tersebut?
Saat krisis moneter tahun 1998 – 1999, sawit menjadi salah satu komoditas primadona. Pada saat itu Saya pulang ke Indonesia dan bergabung dengan salah satu perusahaan agribisnis di bidang perkelapasawitan untuk memimpin Divisi R&D nya. Saat itu terpikir bahwa industri sawit harus dibawa ke arah lebih technology based daripada hanya agricultural based dapat lebih sustain.

Apa saja hambatan dan tantangan yang Bapak hadapi selama melakukan penelitian?
Industri sawit Indonesia saat ini sangat unik, khususnya di sektor hulu yang masih sangat beragam. Disatu sisi, masih dapat ditemukan budidaya sawit yang bersifat nomadik sedangkan disisi lain ada yang telah memanfaatkan Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence (AI), pemanfaatan alat drone, dan lainnya. Demikian juga dengan penggunaan benih sawit, pada satu sisi masih ada petani yang menggunakan benih tidak resmi dan bermutu rendah sedangkan di sisi lain ada yang telah menggunakan benih yang memiliki produktivitas tinggi, lebih tahan penyakit dan kekeringan. Fokus utama Saya adalah bagaimana dapat menyediakan benih sawit yang unggul. Rasionalnya, industri sawit merupakan long-term investment sehingga benih sawit yang ditanam akan menentukan Return on Investment (RoI) selama masa tanam 25-30 tahun tersebut.
Apa saja fokus riset yang sudah Bapak lakukan selama ini dalam kelapa sawit?
Fokus utama Saya pada bahan tanam atau benih karena hal ini akan menentukan 25 tahun industri sawit yang long-term invest. Selain itu, untuk memproduksi bahan tanaman yang unggul, selain melalui biji kecambah yang dihasilkan dari teknik pemuliaan konvensional, juga perlu pengembangan teknik mikro-propagasi secara in-vitro culture untuk menghasilkan tanaman klonal atau ramet, cara ini diharapkan dapat identik dengan tanaman induknya lalu diseleksi berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh tanaman induk tersebut.

Apa kunci sukses dalam melakukan penelitian yang efisien dan efektif?
Peneliti perlu lebih intensif mendengar masukan-masukan dari pengguna produk-produk hasil penelitian. Peneliti dibidang pemuliaan tanaman perlu lebih peka mendengar kebutuhan benih yang diharapkan para petani sesuai kondisi agro-klimat lahan mereka, peneliti budidaya tanaman perlu membuat terobosan pemanfaatan teknologi pemupukan, pemanenan, dan lainnya yang lebih efisien dan efektif untuk mengurangi ketergantungan terhadap tenaga kerja manual yang semakin langka. Lalu kerjasama para peneliti dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian pemerintah dan swasta bekerjasama dengan petani dan perusahaan untuk melakukan penelitian yang lebih result oriented.