Kelangkaan Tenaga Kerja Mempengaruhi Produksi Sawit Malaysia

  • Malaysia mulai mengalami kekurangan buruh di sektor pertanian dikarenakan ledakan ekonomi industri pada tahun 1990-an.
  • Jumlah tenaga kerja sektor pertanian menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2000-an hingga 2019.
  • Pekerja di sektor ini mengalami peralihan minat di sektor lainnya seperti jasa perdagangan dan manufaktur.
  • Sektor perdagangan dan manufaktur mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja pada 2019 masing-masing sebesar 127% dan 129%.
  • Dampak selanjutnya, banyak orang Melayu mengejar pendidikan tinggi dan menjadi terampil, lalu pindah ke kota dan meninggalkan pertanian.

Sektor yang Menyerap Banyak Tenaga Kerja
Periode 1989 vs 2019

Sumber : https://www.dosm.gov.my/

Tenaga Kerja di Sektor Perkebunan Kelapa Sawit
Periode 1974 – 2019

Sumber : tradingeconomics.com; cnbcindonesia.com (Diolah IRAI, 2021)
  • Sejak diterapkan kebijakan New Economic Policy melalui program pembangunan regional, Pemerintah Malaysia kemudian membentuk integrasi dengan berbagai pemangku kepentingan baik swasta maupun asosiasi seperti MPOB, MPOC, FRIM, FELDA, FELCRA, RISDA dan juga universitas.
  • Integrasi ini berhasil meningkatkan produksi kelapa sawit, terlihat sejak 1980-an yang fokus pada pengembangan inovasi dan teknologi.
  • Kebijakan ini berdampak pada serapan tenaga kerja yang secara positif meningkat seiring dengan pertumbuhan produksi kelapa sawit. Saat ini, serapan tenaga kerja perkebunan kelapa sawit mencapai 25-30% dari total tenaga kerja di sektor pertanian.