Tantangan dan Milestone Diplomasi Sawit di tahun 2020

Mengubah Narasi Kelapa Sawit

Dalam pernyataan yang diambil dari KTT UE-ASEAN pada Desember 2020, Uni Eropa telah berubah pikiran terkait larangan penggunaan minyak sawit dalam Biodiesel. Daripada menetapkan dan menterapkan pembatasan penggunaan minyak sawit dalam bahan bakar nabati, UE dan Negara Anggota ASEAN telah mencapai kesepakatan mengenai green vegetable oils. Sebuah kelompok kerja-bersama telah dibentuk antara kedua pihak untuk mengatasi tantangan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam sektor minyak nabati dan perlunya pendekatan holistik untuk keberlanjutan.

Kesepakatan ini telah membentuk narasi holistik tentang keberlanjutan dan akan memberikan ruang bagi alternatif dan narasi sustainability yang lengkap tentang kelapa sawit untuk dikembangkan. Namun, ini merupakan langkah pertama dalam mengubah diskusi karena ini berarti bahwa sudut pandang UE tentang minyak sawit adalah bahwa meskipun mungkin memiliki berberapa efek yang mempunyai dampak buruk kepada lingkungan, namun memiliki manfaat bagi faktor sosial dan ekonomi.

Kini, tantangannya adalah melanjutkan momentum dan Indonesia tidak lagi membela sawit. Melainkan harus ada kemajuan dalam mengubah pembahasan agar tidak reaktif terhadap pers negatif tetapi informatif dan luas. Masyarakat umum harus memiliki pemahaman yang mendalam, melalui edukasi, pembuktian, dan penelitian tentang sisi positif dan negatif dari industri kelapa sawit. Dengan perkembangan tersebut, sektor kelapa sawit Indonesia tidak harus semata-mata kepada pertahanan dan dapat mulai mengembangkan pandangan holistik kelapa sawit melalui cara-cara seperti di bawah ini.

Komplikasi: Minyak sawit selalu disalahpahami, kampanye negatif terhadap minyak sawit di media massa

Kerusakan lingkungan telah mendominasi narasi kelapa sawit, terutama di negara-negara Barat yang melihat sawit sebagai komoditas yang tidak sustainable. Secara khusus, organisasi- organisasi non-pemerintah (LSM) lingkungan berkonsentrasi kepada deforestasi dan efek negatif kepada keanekaragaman yang membangun persepsi negatif tentang minyak sawit. Hal ini menciptakan banyak komplikasi bagi industri kelapa sawit dan juga kepada masa depan industri.

Meskipun deforestasi adalah argumen utama yang sering digunakan melawan kelapa sawit, kasus-kasus penyalahgunaan tenaga kerja baru-baru ini diwakili di mainstream media. Pada tahun 2018, supermarket Inggris ‘Iceland’ merilis iklan kontroversial yang secara khusus menunjukkan menunjukkan bahaya kelapa sawit bagi orangutan dan berjanji untuk menjual produk merek Iceland bebas minyak sawit pada akhir 2018.

Namun, ada bukti bahwa mereka bahkan tidak bisa memenuhi janji tersebut. Kekhawatiran ini memuncak ketika Parlemen Eropa memilih untuk menghentikan penggunaan minyak sawit dalam biofuel pada tahun 2030. Larangan tersebut kini telah dipertimbangkan kembali, dengan aturan alternatif yang diusulkan untuk memungkinkan penggunaan minyak sawit ‘sustainable’.

Masalah ini memiliki kemampuan besar untuk mempunyai dampak besar kepada industri kelapa sawit dengan pengetatan peraturan, boikot produk, dan pelanggaran produk yang mempunyai komposisi minyak sawit.

Dengan sedikit substansi, bukti, atau suara yang mapan di balik pertahanan industri kelapa sawit, narasi tunggal negatif kelapa sawit akan terus berkembang. Untuk mengatasi komplikasi ini, masyarakat harus mempunyai pemahaman mendalam untuk menantang persepsi negatif minyak sawit. Jika kami membagikan sisi-sisi positif tentang industri kelapa sawit secara terbuka, industri sawit akan menjadi lebih transparan, dan para kritikus akan mengalami kesulitan untuk membantah industri minyak sawit yang dianggap sebagai green vegetable oil.

Source: BBC, 2019
Source: Rainforest Rescue Organisation